Oleh : Rijal Nurqoyyum, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta & Anggota JaTeam Batch 2
Rich dan Knight mendefinisikan Artificial Intellegence atau Kecerdasan Buatan sebagai sebuah studi untuk membuat komputer dapat melakukan hal-hal yang manusia dapat lakukan dengan lebih baik saat ini. Hal ini tidak terlepas dari kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan. Manusia membutuhkan bantuan komputer (robot) sebagai respon dari kemajuan teknologi yang memanifestasikan beragam kemudahan.
Tujuan kecerdasan buatan setidaknya ada tiga yakni, menganalisis dan mengkontruksi kecerdasan, membuat komputer lebih cerdas dan membuat perangkat lebih bermanfaat. Kecerdasan bertendensi pada kemampuan untuk mengerti dan belajar dari pengalaman, memahami hal yang kontraditif dan ambigu, responsif terhadap lingkungan, dan menyelesaikan masalah dengan efektif.
Kecerdasan buatan berbeda dengan program konvensional. Pemrograman konvensional berbasis algoritma sebagai sarana mendefinisikan masalah dan menyelesaikannya sedangkan kecerdasan buatan mengimplementasikan simbol dan manipulasi. Kecerdasan buatan mengaplikasikan simbol untuk merepresentasikan objek, hubungan, dan proses. Objek pada hal ini dapat berupa ide, konsep, kegiatan, benda, makhluk hidup, dan fakta-fakta. Objek kemudian diproses dengan manipulasi simbol yang berujung pada menghasilkan saran dan pemecahan masalah. Hal ini sangat sulit dilakukan dengan pemprograman konvensional. Kecerdasan buatan (Arftificial Intellegence) memiliki keahlian utama pada penalaran dan pengambilan keputusan.
Kecerdasan buatan telah banyak diimplementasikan di berbagai belahan dunia. Robot dengan kecerdasan buatan bahkan mampu memproduksi berbagai produk-produk elektronik dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Di masa kini, kecerdasan buatan juga dimanfaatkan dalam dunia medis dan rumah tangga. Berdasarkan data International Federation of Robotics (IFR), penggunaan robot pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai tiga juta unit atau meningkat tiga kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Manusia memiliki beberapa hal yang menjadi kelebihan mutlak yang sampai saat ini belum bisa diadopsi pada kecerdasan buatan. Hal tersebut meliputi kreatifitas, proses analisis aktual tanpa representasi, serta fokus yang luas dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, eksistensi manusia masih dapat berlangsung dan menjadi bagian krusial dari kecerdasan yang ada dalam semesta.
Sumber:
Kompasiana.com (Memanusiakan Robot) 19 Juli 2018
Kusrin. Sistem pakar, teori dan aplikasi Kecerdasan Buatan. 2006. Yogyakarta : Andi Affset